Kamis, 31 Maret 2016

Somewhere Only We Know (Cover) by Lily Allen

Haloooo! No time no post huft huft ((bersihin sarang laba-laba))
Jadi untuk menggantikan vakum kemarin, aku ada ide untuk bikin drabble dengan lagu yang secara random kudengarkan. Jadi maaf banget kalau spamming dan feel free buat nambah prompt atau request lagu ya.
Buat hari ini, Somewhere Only We Know (Cover) by Lily Allen

***
Hei, aku kenal semilir angin ini. Juga awan itu. Dan langit birunya juga! Aku merasa mengenali semuanya. Harusnya di ujung sungai ini ada pohon besar. Pohon besar yang bisa meneduhkan. Bersama rumput-rumput halus dan beberapa ilalang yang menggelitiki kakiku.
Aku berlari-lari kegirangan. Melompat-lompat dan tertawa bersama angin. Menceburkan diri pada arus sungai itu.
Tunggu sebentar.
Kenapa aku bisa ada di sini?
Aku menutup mataku lalu membukanya lagi. Tidak ada siapa-siapa. Tidak ada yang berubah.
Aku mencoba bermain petak umpet dengan diriku sendiri.
Satu sampai sepuluh, kosong.
Perlahan, aku mulai ingat.
Aku berada di mimpimu. Mimpiku.
Tempat ini adalah dunia khayal kita, tempat kita bermimpi tinggi-tinggi dan menertawakannya.
Tapi, kenapa aku tidak bisa kembali?
Seharusnya aku bisa pulang. Mungkin lewat sini, jalan setapak ini.
Buntu.
Hei, ayo kita bicara. Di tempat yang cuma kita berdua yang tahu.
Tidak mungkin kan kamu mengurungku di sini?

Senin, 28 Maret 2016

Kisah Cermin Ujung Pelangi

Waktunya aku bercerita kisah
Tentang perasaan kian terasah
Alkisah, ia seorang cermin yang sudah kepalang basah
Yang jatuh tanpa tahu arah

Dia disana
Tergantung sendirian namun sederhana
Ada untuk digunakan sekenanya

Di denting kesunyian ia nikmati
Kini ia temui
Matanya indah bagai pelangi
Memberi warna berbeda setiap waktu

Pelangi di sana
Menari sendiri dengan jiwa sekenanya
Terlenggok dengan penuh bisik khidmat

Pelangi menarikan hatinya
Ia sebut pelangi karena rupa begitu berarti
Namun belum tentu dia sebuah imaji

Detik demi detik merayap
Hanya refleksi tarinya yang tertancap
Pada jangkar diri yang berlabuh

Kali ini hanya hujan-hujan rindu
Mampu menghalangi awan rasa
Beradu kasih di busur pelangi

Namun sudah cukap
Seluruh pelangi telah tertangkup
Hingga akhirnya,
Cermin di ruang kesenian tertinggal kesepian

Selasa, 26 Mei 2015

Percaya?

Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku benar-benar tidak tahu.
Aku butuh petunjuk. Aku butuh bantuan. Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kulakukan.

Kenapa aku tidak bisa menghapusmu dari pikiranku?
Kenapa tawamu ketika kamu mencetak gol ketika bermain futsal membuatku tidak fokus?
Terlalu indah, terlalu sempurna.
Rasanya kamu terlalu tinggi untuk kugapai.
Hingga aku hanya bisa membatin,
Kenapa aku masih mempertanyakan keajaiban Tuhan?

Lama-lama aku sadar,
Perlahan namun pasti, hati ini remuk sendiri.

Kenapa?
Bukannya aku sudah bilang sendiri?
Kamu terlalu tinggi untuk aku raih.
Aku terus merutuki diri.
Lagi-lagi aku terlalu percaya untuk jatuh.
Padahal, aku tidak tahu apa di bawah sana kamu akan menangkapku atau tidak.

Seharusnya, aku tidak percaya.
Harusnya, aku tidak pernah percaya.

Dibalik diam

Dia diam
Sementara harapannya karam
Jeritan hatinya teredam
Tanpa ada yang paham

Perasaan tenggelam
Lalu diterpa malam
Rasanya ingin terbenam
Dan tak kuasa memendam
Dia terpejam
Sementara jiwanya padam
Memikirkan cinta yang teranyam
Dalam lubuk hati terdalam

Selasa, 10 Maret 2015

Dor.

Aku membiarkan playlistku memainkan lagu acak kali ini, dan aku mencoba untuk mengerjakan tugas. Tiba- tiba saja, mengalun dentingan piano pada intro lagu yang diputar playlistku. Seketika, aku langsung mengganti lagu. Aku masih belum mau mendengarnya.
Segera saja, aku membuka file lagu itu, aku ingin menghapusnya sekarang. Tapi, aku tidak mampu. Aku tidak berani.

Menghela nafas, buang. Aku mencoba untuk menjadi tidak berperasaan kali ini. Aku harus menghapusnya.
Deg. Sekali lagi aku tidak berani. Kenapa aku ini?

Oh, aku ingat.
Katamu, kamu suka sekali lagu ini.
Katamu, kamu selalu teringat aku setiap mendengar lagu ini.
Kamu bilang, isi lagu ini sama seperti keadaanmu, yang sayang aku.

Namun sekarang, lagu ini akan tetap saja. Hampir sama sih seperti kita. Akan tetapi dilewati, namun tidak berani dihapus. Dibiarkan saja, dan tidak dihapus. Tidak akan dimainkan, dan tidak akan dihapus.

p.s sepertinya aku rindu kamu ya?  :)
p. s. s All of me by John legend itu masih kamu simpan?

Senin, 26 Januari 2015

Akhir Cerita Malaikat



Pernahkah kamu
Menggulung diri di kasur dan
Hanya menangis
Menangis karena kamu tidak pernah cukup baik
Kamu menghitung segala kekuranganmu dari kepala hingga kaki lalu kamu merasa buruk
Menangis karena ternyata komentar orang-orang selama ini membuatmu sakit. Perasaanmu sakit. Hari demi hari, kian menyakitkan.
Menangis karena keluargamu disfungsional dan kamu tidak bisa berbuat apa-apa karenanya
Mereka menyuruhmu untuk bersyukur karena lebih beruntung dari anak-anak yang kurang mampu
Dan memaksamu untuk menjadi lebih baik lagi
Tetapi,
Bagaimana jika kamu sudah mengerahkan segala kemampuanmu untuk menjadi yang terbaik?
Bagaimana jika itu masih belum cukup dengan standar kebaikan mereka?
Jadi kamu tidak ingin menjadi beban, lalu kamu hanya menahan segalanya, sendirian.
Di depan semua orang, kamu secerah cahaya matahari, tetapi tidak ada yang tahu,
Di dalam kesendirian, kamu menangis sendirian.
***
Itulah yang dirasakan Angel sekarang. Kehampaan ini memakan hatinya, juga perasaannya. Dan dia sudah tidak tahan lagi dengan semua ini. Angel sudah tidak tahan lagi. Dia depresi.
Sedepresi itu sehingga sekarang, ia berada di atap sekolahnya, dan bersiap melompat. Bahkan ia mencuri sayap malaikat dari klub teaternya sekarang.
Menghela nafas, buang.
Jantungnya berdetak keras sekali. Seakan berontak, menolak. Namun, Angel sudah tidak kuat lagi.
Air matanya meleleh. Angel menghela nafas panjang.
Jika melarikan diri, dengan cara seperti ini, adakah yang menahannya?
Atau bahkan merindukannya?
Angel tersenyum kecil, mencemooh ketidakmungkinan itu.
Menghela nafas panjang lagi, lalu ia mengusap air matanya.
Dan dia melompat. Dan memulai hitung mundur.
Lima…
                Ayah Angel selalu menyukai nama Angel. Malaikat. Sejak kecil, ayah Angel suka memanggil Angel dengan malaikat. Angel sendiri menganggap ayahnya sebagai sayap malaikat. Angel kecil tahu tanpa ayahnya, ia tidak bisa terbang. Ia tidak akan bisa seperti sekarang. Ayah Angel pun menyukai metafora itu. Malaikat dan sayapnya.
                Malaikat percaya pada sayapnya dan terbang tinggi. Setinggi nirwana.
Kecuali, jika suatu hari, sayap itu rusak dan malaikat tak punya siapapun untuk dipercaya.
                Angel ingat sekali ketika ayahnya memberi kecupan selamat tidur lalu menghilang keesokan paginya.
                Meninggalkan Angel. Meninggalkan malaikat sendirian.
Angel tersenyum kecut.
Bahkan dalam jatuh ini, sayap malaikat klub teater tak bisa menolongnya.
Malaikat dengan sayap bohongan,  mencoba percaya.
Empat…
                Angel selalu ingin jatuh dari ketinggian. Angel ingin sekali merasakan..
Jatuh yang tak terhingga ini.
                Dengan angin yang menerpa wajahnya, rambutnya, bahkan sayap palsu ini.
Dan, dia menyukai momen tak terhingga ini. Angel merasa bebas.
Tiga…
                Dia selalu menjadi terbaik-kedua. Angel selalu begitu. Angel cukup lelah dengan segala hal yang berkaitan itu. Angel cukup lelah menjadi pilihan kedua atas apapun. Walau dia sudah menjadi yang terbaik – dia harus menjadi yang terbaik, seperti perintah ibunya – itu tidak pernah cukup.
                Bahkan komentar-komentar yang Angel terima mayoritas buruk, walau dia mengerahkan segalanya.
                Tidak adakah yang menghargai usahanya?
Mereka tidak tahu bahwa komentar-komentar mereka menyakitinya. Tidak ada yang tahu pada tengah malam, di dalam kamarnya Angel menangis sendirian.
                Meneriakan teriakan sunyi, tidak tahan.
Tanpa ada yang tahu, jiwanya sayu.
            Tanpa ada yang tahu, hatinya layu.
Dua..
                Sebenarnya, adakah yang bisa Angel pertahankan?
Malaikat dan sayapnya
Keluarganya
Atau bahkan teman-temannya?
Adakah yang layak ia perjuangkan?
                Ayahnya, keluarganya, atau bahkan komentar-komentar itu?
Perlukah dia memperjuangkan penyebabnya terjun di momen tak terbatas ini?
                Perlukah dia percaya?
Bila semua ini bisa menjadi lebih baik, dan ia bisa mengenangnya dikemudian hari?
Bila cinta ayahnya masih ada,teman-temannya menyayanginya, bahkan komentar-komentar itu, pada suatu hari akan berubah?
Apakah dia sudah berhenti percaya pada cinta?
Sa..
Apakah harusnya dia melompat dari ketinggian dan menyerah?
..tu.
Dan, setelah menikmati momen tak terbatas, hingga merasa bebas. Gadis itu jatuh ke tanah.