Waktunya aku bercerita kisah
Tentang perasaan kian terasah
Alkisah, ia seorang cermin yang sudah kepalang basah
Yang jatuh tanpa tahu arah
Dia disana
Tergantung sendirian namun sederhana
Ada untuk digunakan sekenanya
Di denting kesunyian ia nikmati
Kini ia temui
Matanya indah bagai pelangi
Memberi warna berbeda setiap waktu
Pelangi di sana
Menari sendiri dengan jiwa sekenanya
Terlenggok dengan penuh bisik khidmat
Pelangi menarikan hatinya
Ia sebut pelangi karena rupa begitu berarti
Namun belum tentu dia sebuah imaji
Detik demi detik merayap
Hanya refleksi tarinya yang tertancap
Pada jangkar diri yang berlabuh
Kali ini hanya hujan-hujan rindu
Mampu menghalangi awan rasa
Beradu kasih di busur pelangi
Namun sudah cukap
Seluruh pelangi telah tertangkup
Hingga akhirnya,
Cermin di ruang kesenian tertinggal kesepian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar