Sabtu, 01 Desember 2012

#SeventyTwoKAlicers

Hai readers. Di post sebelumnya kan aku bilang kalau aku ikut semacam acara-acara nulis dari penulis favoritku. So, happy reading yak.
***

Nama lengkap: Nexia Nevarachell
Umur: 13 tahun 
Sekolah: SMPN 1 Malang
Tempat asal: Malang. Bukan Indramayu. Wkwk
Akun twitter: @nxnvrchll


PickOne who you are: Alicers (pembaca tetap)

1. Apa yang bikin kalian suka visit Alice in Tipluk's World?
Aku suka baca-baca ceritanya Titi. Asyik dan nggak mbosenin dibaca. Galau yang epic. Dimana galau menjadi karya.
2. Apa yang kalian fikirkan jika dengar nama Titi / Alice in Tipluk's World?
"Rizki Rahmadania Putri itu kan? Yang ketos dari spensa Cirebon itu kan? Yang penulis itu kan? Dia penulis favoritku lho."
3. Lebih suka Titi nulis post apa di blog?
Jujur, aku lebih suka Titi ngeshare kegiatan OSISnya. Juga CerBung!
4. Post penggalauan mana yang paling disuka?
g. Surat untuk Greyson
5. Cerbung yang paling disuka?
b. If This Was a Movie
c. The Reason is You

6. Tantangan. Sebenernya mau pilih ngecover lagu. Tapi nggajadi. Yasudah. Kita pilih Love Story 7: Titi, Gestu! \m/

#SeventytwoKAlicers: Titi,  Gestu.

"Jadi, bisa dikatakan kalo lo selama ini holding on nothing, Ti?" tanya Farah setelah mengetahui ceritaku dengan Gestu.

Deg.

"Emm.. Gimana ya.."
"Kalo saran gue ya, Ti. Mending lo minta tuh kepastian ke seorang Gestu Rosmayadi Asad." kata Farah.
"Tapi kepastian macam apa yang harus gue minta, Rah? Sementara keadaannya kayak gini. Gestu sekarang menjauh dari gue." kataku.
"Lo suka sama Gestu itu bener-bener suka atau hanya penasaran aja?" kata Farah. "Ya apapun yang ngeganjel dihati Titinya aja sih." kata Farah lagi.
"Hmm... Oke deh, Rah! Makasih sarannya! Titi sayang Farah!" kataku lalu memeluk Farah.
Kalimat yang menancap padaku hari itu adalah,"Lo suka sama Gestu itu bener-bener suka atau hanya penasaran aja?"
***
Akhirnya, aku menemukan waktu yang tepat untuk mencoba, di hari dimana baiknya Gestu berlipat tujuh puluh dua kali, aku berani mengatakan sesuatu,

"Gestu!" panggilku. Lalu ia menatapku.
"Peka yuk!" ucapku. Akhirnya kukatakan.
Hening. Hening panjang.
"Peka apaan?" tanya Gestu.
"Ya peka, masa udah selama ini kamu nggak peka-peka sih." jawabku.
"Peka apaan? Emang peka tuh apaan sih?" tanya Gestu lagi.
Tanpa menjawab, aku langsung pergi.
Pura-pura tidak tahu padahal sebenarnya tahu itu menyebalkan. Basi.

Malamnya, aku menceritakan percakapan singkat itu ke Silvy, Ridho, Fadhel, Okky, Shifa, Farah dan Diva.

Sebenarnya maksud Gestu itu apa? Kenapa dia begitu?
Mulai banyak pertanyaan tentang kepastian Gestu di benakku.
Aku mulai menyesal kenapa tadi tidak langsung bertanya saja.
Tapi ini masalah hati 'kan ya?
Apa lebih baik aku menanyakannya pada Gestu ya?
Tapi memang aku terlalu lama menunggu dan menerka-nerka. Sebenarnya tujuan utammaku adalah tetap bersama Gestu. Maksudku, kembali berteman dan bercanda bersama kembali. Tapi mengapa ia menjauhiku? Apa salahku? Kenapa dia terlihat 'tarik ulur' kepadaku seperti ini?

To: Silvy
Gimana kalo gue 'speak now' ke Gestu, Sil?

From: Silvy
Kayaknya emang mendingan kayak gitu deh, Ti.

Hatiku mulai mantap untuk melakukan ini. Tapi bagaimana dengan resiko-resikonya? Bisa saja Gestu makin menjauhiku. Bisa saja ternyata Gestu tidak memiliki perasaan sama denganku. Tapi apakah aku memiliki alasan untuk tetap menyukai Gestu dan tetap menungguinya? Kurasa tidak.
Lalu, aku tersadar, aku sudah ada di dalam keadaan yang menjebakku. Dimana aku hanya bisa maju dengan penuh keberanian, mundur dengan perasaan galau atau tidak kemana-mana sama sekali dan menunggu.
Tapi hati juga butuh kepastian 'kan?
Hati tidak mungkin sanggup menyediakan ruang yang besar buat seseorang yabg tidak pernah benar-benar menempatinya.

Sebenarnya hatiku sendiri ini bagaimana maunya? Apa ruangan untuk Gestu menciut dan aku diberi izin untuk move on, atau...
Ia masih menyediakan ruangan itu?

Dari awal aku memang pesimistis. Gestu memang tidak pernah ada perasaan padaku. Walaupun ada, mungkin dia hanya memneritahuku dan tidak bisa jadian denganku.
Karena, aku tahu. Semenjak putus dari pacarnya 9 bulan lalu, dia sudah tidak mau pacaran.
Tapi, aku tidak pernah berharap menjadi pacarnya, karena aku yakin menjadi pacarnya bukanlah alasanku menunggu dia. Ada yang lebih dari itu.

Tapi tetap saja. Aku tidak bisa munadik. Aku juga perempuan 'kan? Jelas aku mau orang yang kusukai bisa menjadi milikku juga? Wajar 'kan?
Lalu aku mengambil HP ku.

To: Gestu Rosmayadi Asad
Hai Gestu. Besok Titi mau ngomong.
Bisa ya?

Sent.
Tidak dibalas.
Haha, sesuatu yang bisa diomongin besok, tetap tak usah buang pulsa ya, Ges?
Gestu Rosmayadi Asad tidak pernah berubah.

Paginya, aku menulis surat untuk Gestu.  Yap, bentuk tindakan nyata jika tak ada lagi yang mendengarmu. Dan suatu bentuk tindakan nyata yang bisa kuperbuat sekarang. Di dalam surat ini, aku menulis banyak sekali majas, yang jelas isinya aku menceritakan betapa aku menyayanginya, tanpa kuketahui alasannya.

"Gestu! Gue mau ngomong deh, sinian bentar aja." kataku sambil menggengam surat itu.
"Apaan?" tanya Gestu lalu menghampiriku.
Lalu, kian banyak teman-temanku yang menyorakiku sehingga membuat rasa takutku menampakkan dirinya.
Lalu, aku hanya menyodorkan surat itu dan pergi.
Juga berharap.
Semoga di hatinya... Ada aku juga.
***
"Titi!" panggil Silvy. Di dekat Sanggar Pramuka. Dan Silvy bersama... Gestu.
Aku terdiam. Dalam hati, aku merapal doa.
"Rizki Rahmadania Putri! Sini!" panggil Silvy kembali. Aku pun menghampiri mereka.
"Titi ngga mau njelasin surat ini?" tanya Gestu kepadaku. Ini adalah penentuannya. Aku menghela nafas.
Lalu, aku mencoba menjelaskan semuanya pada Gestu, sedetilnya. Aku tak ingin kesempatan ini terbuang sia-sia. Jadi aku menanyakan pertanyaan yang selama ini kupendam,

Sebenernya Gestunya ke Titinya itu gimana?

"Sebelumnya, apapun yang gue omongin lo jangan marah ke gue," kataku.
"Iyaa siap tenang aja,"kata Gestu santai.
"Jadi ya.. Gue nanya. Sebenernya lo ngerti gak sih masalah peka pekaan kemarin?" tanyaku.
"Ngerti... Hehehe,"
"Terus kenapa pura pura nggak tau?"
"Ya... Hehehemaafpeace, ampunampundamai," ucap Gestu.
"Oke, gue mau nanya. Elo udah tau?"
"Tau? Udah sih..."
"Dari kapan?" tanyaku lagi.
"Dari waktu November..."
"ASTAGA! ITU LAMA BANGET."
"Hehehe iya ada yang ngasih tau waktu itu, Ti." kata Gestu.
"Jadi selama ini udah tau dan lo nggak bilang sama gue?"
"Habis dikiranya cuman becandaan," jawab Gestu.
"Astaga. Gue serius. Gue udah lama banget ngerasa lebih ke elo. Lama banget." ucapku.
"Ya nggak tau, dikiranya becandaan.." 
"Ish tau dehah."
"Hehe damai aaaah.." kata Gestu.
"Ya gimana bisa damai coba. Gue stuck di elo. Tau nggak sih gue 8 bulan tiap malem ngabisin waktu mikirin elo dan elonya gak peka peka? Itu capek,Tu. Capek." ujarku.
"HohohoGestu gitu!" Katanya. Rasanya nafsu menyikutnya makin tinggi.
"Ishhhkenapa sih ngeselin."
"Hahahaya maaf, Ti."
"Jadi, gue mau nanya. Sebenernya selama ini elonya tuh ke gue gimana?"
***
Dan, jawaban yang keluar dari mulut dia sudah kukira sebelumnya.
"Ya jujur ya.. Sebenernya gue nggak pernah ada perasaan suka atau apa dan gue sih cuman nganggep sebagi teman deket, enak diajak ngobrol. Udah gitu aja.." Ucap Gestu.
Tapi, kabar baiknya adalah, aku bisa berteman kembali dengan Gestu.

Tetap saja, aku ingin berguling dengan lumba-lumba.
Dan juga, akhirnya, lagi-lagi, dan lagi-lagi ternyata aku jatuh cinta sendirian.
Gestu bahkan masih menganggapku bercanda menyukai dia.
Yang jelas sampai detik ini, Titi masih di kamu ya, Tu! Aku nggak pindah kemana-mana! Hehe.
Aku yakin kok, kalau sebentar lagi, akan ada kenangan yang bisa kukenenang nanti,10 tahun lagi atau 20 tahun lagi.
 
7. The last.. Let's guessing. Kenapa 72k visitors of Alice in Tipluk's World di-celebrate sama Titi? Karena, gebetannya Titi, Greyson, suka angka 72 :"}

2 komentar:

  1. ah, i think this is my stupid-love-story. I mean, did you read my post before? xixixi thank you then:}

    BalasHapus
  2. Wkwk, conversationnya sih kubuat kayak postnya Titi, biar ngena gitu deh. Hehe

    BalasHapus