Kamis, 29 Mei 2014

Maybe it's goodbye?

Ketika aku dan temanku sampai di gerombolan teman-teman kelas 9.6, aku diam."Lho, Trish? Ayo. Katanya mau minta maaf ke Dio." ajak Zahra. Aku tersenyum kecut.

"Nggak usah deh, Ra. Banyak temennya. Entaran juga bisa"
 Hari itu sekolah mengadakan ESQ dan doa bersama untuk senior yang akan mengikuti ujian. Juga,hari pelepasan dosa (bagiku), karena semua orang minta maaf atas kesalahan-kesalahan mereka.

Zahra menarik tanganku, "Nggak usah lari, Trish. Pasti kamu cari-cari alasan biar nggak minta maaf ke Dio."
Yah, itu memang benar.
"Ayolah, tadi yang ngajak minta maaf ke anak-anak 9.6 kan kamu."
Iya, Zahra! Tapi, aku ragu!
Karena sedari tadi aku melihat Dio dan dia menyadarinya. Dia tahu alasanku mendekat ke arahnya. Lantas ia menjauh.
Dia menghindar dariku. Aku tahu itu.
Zahra menarikku makin kuat karena dia memang ingin minta maaf pada mantan-mantannya yang kebanyakan dari kelas 9.6.
"Ah, paling gampang minta maaf sama Rafi dulu, nih." ucapnya. Lalu Zahra minta maaf pada Rafi. Aku hanya tersenyum tawar.
Dio ada di sebelah Rafi dan dia membelakangiku.

Masih berusaha menghindariku rupanya kamu, Di?

Aku hampir tidak bisa menepuk bahunya hingga akhirnya Rafi yang melakukannya untukku.
Dia tidak berbalik. Hanya menoleh. Dengan ogah-ogahan, bisa kubilang.
"Uh, em, aku minta maaf ya kalau ada salah," ucapku gugup. Aku yakin saat itu aku tidak tersenyum.
Begitu juga Dio. Lirikan matanya dingin, dan sangat menusuk.
Lalu, aku mengulurkan tanganku.
"Iya, sama-sama ya," ucapnya pendek. Lalu, ia menjabat tanganku.

Aku sedikit terkesiap. Karena, aku sudah hampir akin dia tidak akan mengulurkan tangannya juga.
Dan karena, dia menjawabku untuk formalitas saja.
Aku bahkan tidak ingat siapa yang melepas jabatan itu duluan.
Yang kuingat hanya lirikan matanya yang dingin.
Dan Dio langsung berpaling dan berbicara pada temannya. Aku diam. Hampir tidak sadar jika Zahra sudah menarikku pergi.

Saat berjalan ke kelas kali itu, aku menangis lagi untuk Dio. Padahal, aku sudah berjanji agar tidak membuangnya untuk makhluk bernama Dio.
"Udahlah, Trish. Kalau dia nggak mau maafin kan it's his loss." kata Zahra menenangkan.

"Nggak tau, Ra. Aku semacam berharap, kalau aku minta maaf langsung tuh semuanya bakal baik aja. Semua bakal balik dari nol lagi dan kita bisa temenan biasa." ucapku. "Harapanku ketinggian kayaknya. Dio udah benci aku banget.
"Aduh, please jangan galau. Temenmu banyak nggak cuma Dio. Udah dong berhenti nangisnya,"
Tapi, aku hanya makin terisak.

Malang, May 3rd 2014, 17:29
Ditengah-tengah bimbingan belajar dan h-2 UN
May the odds be ever in your favor,
Nexia




2 komentar:

  1. Haaai, km dapet Liebster Award dari aku nih. Di cek yaa post ini hihi selamat!^^ http://saya-tipluk.blogspot.com/2014/06/eciyee-dapet-liebster-award.html

    BalasHapus
  2. http://whimsicology.blogspot.com

    BalasHapus