Dia hanya menghela napas setelah membaca surat itu. Berharap dia bisa merelakan semudah helaan napasnya tadi.
Gadis itu diam, dan membaca
surat itu lagi. Lalu menghela napas lagi. Berulang kali dia lakukan itu.
Menghela napas lalu membaca ulang.
Harusnya dia menangis, dia
tahu. Tapi bahkan hatinya sudah begitu lelah sehingga rasanya mati rasa. Dia
tidak menangis kali ini, malah tertawa ringan.
Dia menangkap
kalimat,"kamu jangan sedih, aku nggak suka liat kamu sedih" kesekian
kalunya.
Gadis itu menghela napas
lagi. Dia harus bisa merelakan. Dia tahu itu. Si pengirim surat juga
menyuruhnya untuk melanjutkan hidup. Untuk apalagi dia memperjuangkan?
"Makasih atas dua
setengah tahun menunggunya, aku hargain itu, tapi maaf aku gabisa bales apapun
ke kamu, aku tau itu sakit, tapi aku emang gatau aku harus apa." isi surat
itu.
Gadis itu diam. Matanya sudah
berkaca-kaca. Tapi dia tidak berani menangis.
"Makasih buat
scrapbooknya, makasih sudah mau repot-repot buatin, bagus kok masih aku
simpen."
Gadis itu ingat ketika dia
membuat scrapbook itu susah payah dengan hatinya. Gadis itu membuat scrapbook
itu sebagai hadiah ulang tahun si pengirim surat satu tahun lalu. Dulu, gadis
itu begitu takut karyanya tidak akan dihargai, padahal dia membuatnya dengan
hati. Setelah membaca surat ini, gadis itu cukup senang karyanya dihargai.
"Soal puisi kemarin,
bagus kok, aku mengerti maksudnya. Ya gitu deh pokoknya.."
Puisi itu, baru saja gadis
itu berikan pada si pengirim surat, sekitar seminggu sebelum surat itu datang.
Gadis itu tersenyum ketika
dia membaca bagian ini. Si pengirim surat sebenarnya ingin menjelaskan
puisinya, tapi dia tidak tahu harus berkata apa.
Ulang tahun si pengirim surat
tahun ini, gadis itu membuat puisi singkat di kertas kecil warna perak:
"Hai bintang jatuh,
ingatkan dia akan persahabatan yang runtuh, ingatkan akan aku yang menunggu
kabarnya dari jauh. Selamat ulang tahun."
Gadis itu menahan air mata
sebisanya, dia tahu dia tidak boleh menangis. Memang biasanya dia jatuh dan
meleleh lalu menguap sendirian. Ini memang salahnya. Harusnya dia tidak jatuh
sekeras itu.
Dia menutup matanya dan
suratnya, memeluk suratnya lalu menghela napas. Gadis itu diam dan perasaannya
menguap sendirian.
-Nexia Nevarachell, 25 November 2013. Terimakasih suratnya ya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar