Pernahkah kamu
Menggulung diri di kasur dan
Hanya menangis
Menangis karena kamu tidak pernah cukup baik
Kamu menghitung segala kekuranganmu dari kepala hingga kaki lalu kamu merasa
buruk
Menangis karena ternyata komentar orang-orang selama ini membuatmu sakit.
Perasaanmu sakit. Hari demi hari, kian menyakitkan.
Menangis karena keluargamu disfungsional dan kamu tidak bisa berbuat apa-apa
karenanya
Mereka menyuruhmu untuk bersyukur karena lebih beruntung dari anak-anak yang
kurang mampu
Dan memaksamu untuk menjadi lebih baik lagi
Tetapi,
Bagaimana jika kamu sudah mengerahkan segala kemampuanmu untuk menjadi yang
terbaik?
Bagaimana jika itu masih belum cukup dengan standar kebaikan mereka?
Jadi kamu tidak ingin menjadi beban, lalu kamu hanya menahan segalanya,
sendirian.
Di depan semua orang, kamu secerah cahaya matahari, tetapi tidak ada yang tahu,
Di dalam kesendirian, kamu menangis sendirian.
***
Itulah yang dirasakan Angel
sekarang. Kehampaan ini memakan hatinya, juga perasaannya. Dan dia sudah tidak
tahan lagi dengan semua ini. Angel sudah tidak tahan lagi. Dia depresi.
Sedepresi itu sehingga sekarang, ia
berada di atap sekolahnya, dan bersiap melompat. Bahkan ia mencuri sayap
malaikat dari klub teaternya sekarang.
Menghela nafas, buang.
Jantungnya berdetak keras sekali. Seakan berontak, menolak. Namun, Angel sudah
tidak kuat lagi.
Air matanya meleleh. Angel menghela
nafas panjang.
Jika melarikan diri, dengan cara seperti ini, adakah yang menahannya?
Atau bahkan merindukannya?
Angel tersenyum kecil, mencemooh
ketidakmungkinan itu.
Menghela nafas panjang lagi, lalu
ia mengusap air matanya.
Dan dia melompat. Dan memulai
hitung mundur.
Lima…
Ayah
Angel selalu menyukai nama Angel. Malaikat. Sejak kecil, ayah Angel suka
memanggil Angel dengan malaikat. Angel sendiri menganggap ayahnya sebagai sayap
malaikat. Angel kecil tahu tanpa ayahnya, ia tidak bisa terbang. Ia tidak akan
bisa seperti sekarang. Ayah Angel pun menyukai metafora itu. Malaikat dan
sayapnya.
Malaikat
percaya pada sayapnya dan terbang tinggi. Setinggi nirwana.
Kecuali, jika suatu hari, sayap itu rusak dan malaikat tak punya siapapun untuk
dipercaya.
Angel
ingat sekali ketika ayahnya memberi kecupan selamat tidur lalu menghilang
keesokan paginya.
Meninggalkan Angel.
Meninggalkan malaikat sendirian.
Angel tersenyum kecut.
Bahkan dalam jatuh ini, sayap malaikat klub teater tak bisa menolongnya.
Malaikat dengan sayap
bohongan, mencoba percaya.
Empat…
Angel
selalu ingin jatuh dari ketinggian. Angel ingin sekali merasakan..
Jatuh yang tak terhingga ini.
Dengan angin
yang menerpa wajahnya, rambutnya, bahkan sayap palsu ini.
Dan, dia menyukai momen tak terhingga ini. Angel merasa bebas.
Tiga…
Dia
selalu menjadi terbaik-kedua. Angel selalu begitu. Angel cukup lelah dengan
segala hal yang berkaitan itu. Angel cukup lelah menjadi pilihan kedua atas
apapun. Walau dia sudah menjadi yang terbaik – dia harus menjadi yang terbaik,
seperti perintah ibunya – itu tidak pernah cukup.
Bahkan
komentar-komentar yang Angel terima mayoritas buruk, walau dia mengerahkan
segalanya.
Tidak
adakah yang menghargai usahanya?
Mereka tidak tahu bahwa komentar-komentar mereka
menyakitinya. Tidak ada yang tahu pada tengah malam, di dalam kamarnya Angel
menangis sendirian.
Meneriakan
teriakan sunyi, tidak tahan.
Tanpa ada yang tahu, jiwanya sayu.
Tanpa ada yang tahu,
hatinya layu.
Dua..
Sebenarnya,
adakah yang bisa Angel pertahankan?
Malaikat dan sayapnya
Keluarganya
Atau bahkan teman-temannya?
Adakah yang layak ia perjuangkan?
Ayahnya,
keluarganya, atau bahkan komentar-komentar itu?
Perlukah dia memperjuangkan penyebabnya terjun di momen tak terbatas ini?
Perlukah
dia percaya?
Bila semua ini bisa menjadi lebih baik, dan ia bisa mengenangnya dikemudian
hari?
Bila cinta ayahnya masih ada,teman-temannya menyayanginya, bahkan
komentar-komentar itu, pada suatu hari akan berubah?
Apakah dia sudah berhenti percaya pada cinta?
Sa..
Apakah harusnya dia melompat dari ketinggian dan menyerah?
..tu.
Dan, setelah menikmati momen tak terbatas, hingga merasa
bebas. Gadis itu jatuh ke tanah.